Rabu, 18 November 2009

TERPENGARUH KOMIK JEPANG

Itulah kenapa saya sebal kalo pada akhirnya Anjani terpengaruh oleh komik Jepang. Kalo gambar, kini karakter orang-nya kayak komik Jepang alias mangga. Padahal saya ini sudah mengantisipasi dengan cara mempengaruhi putri pertama saya ini agar tidak menyukai komik-komik Jepang.

Sebenarnya saya sudah bersyukur Anjani nggak tergila-gila mengkoleksi komik-komik Jepang kayak teman-temannya. Tiap-tiap ke toko buku, saya nggak pernah melihat ia nongkrong di rak buku Jepang. Saya pun kebetulan mengarahkannya berada di bacaan yang lebih "sastra", misalnya buku-buku terbitan Mizan: Kecil-Kecil Punya Karya. Paling-paling kalo lagi pengen, ia cuma minta dibelikan komik serial Miiko karangan Ono Eriko. Kami mengizinkan. Pertama, komik Miiko ini nggak ada cerita-cerita yang "aneh", misalnya pacaran atau adegan kekerasan.

Terus terang kami concern dengan masalah pacaran anak-anak zaman sekarang yang sudah kelewatan. Meski cuma komik, tetapi sedikit banyak bisa mempengaruhi hasrat buat mencoba. Mencoba ciuman misalnya.



Meski nggak suka mengkoleksi komik Jepang, Anjani terpengaruh dengan mangga. Saya sudah berusaha buat mempengaruhi anak saya ini agar jangan terpengaruh karakter orang ala komik Jepang yang nggak ada hidung itu. Saya lebih suka karakter komik-komik kayak Beny and Mice, Om Pasikom, Panji Koming, Ali Oncom, atau Doyok. Buat saya "lebih manusia" dan Indonesia banget! Nyatanya pengaruh saya nggak begitu kuat. Anjani tetap menggambar karakter manusia ala komik Jepang.

"Kayak-kayaknya saya harus mencari startegi lain agar anak saya ini bisa dipengaruhi," pikir saya dalam hati. "Yang penting, anak saya jangan kayak anak-anak seusianya yang sudah di-branwashed komik-komik Jepang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar