Sabtu, 21 November 2009

HAJJAH KHAIRA DAN IMPIAN KAMI

Khaira kini sudah bergelar Hajjah. Kalo mendapatkan undangan atau mengisi buku absen, nama panjang anak kami ini akan semakin panjang: Hajjah Khaira Saskia Aryasatya. Tetapi biasanya orang biasa memanggil dengan nama singkat Hajjah Khaira atau Ibu Haji.

Pagi ini bersama teman-temannya, ia sudah melakukan thawaf ifadhah, yakni mengelilingi ka’bah sebanyak 7 (tujuh) kali. Lalu melemparkan jumratul Aqabah dengan menggunakan batu kecil ke sebuah tiang sebanyak 7 (tujuh) kali juga. Sebelumnya, mereka membaca talbiyah selama melakukan ihram sampai melempar jumrah Aqbah. Mereka membaca: labbaika-llahumma labbaik. Labbaika laasyariika laka labbaik. Innal hamda manni’mata wal-mulka laa syariika laka (Aku datang menyambut panggilan-Mu yaa Allah. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku sambut panggilan-Mu, dan hanya Engkaulah yang memiliki kerajaan. Tidak ada sekutu bagimu).

Kelar jumrah Aqbah, Khaira dan teman-temannya berdoa dan diakhiri dengan melaksanakan sholat dua rakaat. Tepat pukul 10:00 wib, rangkaian acara thawaf itupun selesai. Khaira yang termasuk peserta jamaah haji di kloter 3 ini, resmi bergelar Hajjah, sebuah gelar yang diimpikan hampir seluruh umat Islam di dunia ini.



Sebagai orangtua, saya sedih. Saya dan istri belum naik haji, kok justru anak saya yang pegi ke rumah Allah? Bukan kok! Khaira tidak sedang berada di Makkah buat berhaji. Ia dan teman-temannya sedang melakukan acara manasik haji yang diselenggarakan oleh sekolahnya di TK At-Taqwa Sabtu ini. Jadi, gelar Hajjah yang berada di depan nama Khaira belum pantas disandang, termasuk pangilan Ibu Haji. Wong Khaira juga belum married!

Manasik haji adalah sebuah program, dimana anak-anak dikenalkan dengan aktivitas yang dilakukan oleh jemaah haji di seluruh dunia ini, ketika mereka berada di Mekkah. Mereka dikenalkan sebagaimana tahap-tahap yang sudah saya sebutkan di atas, yakni melakukan rangkaian acara thawaf sampai akhirnya menjadi haji yang sempurna.

Dalam melaksanakan manasik haji, anak-anak harus mengenakan pakaian seolah pakaian yang dikenakan jamaah haji pada saat ihram, yakni mengenakan pakaian putih-putih. Kalo yang pria mengenakan kain yang diselempangkan di bahu sampai ke betis, sehingga bahu kanan terbuka. Lalu menggenakan kaos kaki putih dan sandal jepit. Sementara buat anak-anak perempuan, semua aurat tertutup, kecuali wajah. Alas kakinya sama seperti yang dikenakan anak laki-laki, yakni mengenakan kaos kaki dan sandal jepit.



Kami beruntung bisa punya waktu melihat aktivitas manasik haji ini. Sebenarnya sih sudah beberapa kali kami menghadiri acara manasik haji, setidaknya ini yang kedua. Yang pertama ketika Anjani masih di TK Ar-Rahman. Anak kami yang pertama ini sempat melakukan manasik di TK-nya yang dulu itu. Namun kok rasanya manasik yang kali ini yang dilakukan di sekolah Khaira makin menguatkan impian kami buat pergi haji ya? Inilah yang namanya hidayah?

Kelar mengikuti acara di sekolah Khaira, di mobil saya dan istri berdoa. Semoga dalam beberapa tahun ini, kami bisa melaksanakan ibadah haji sesuai perintah Allah yang kelima. Tentu kami juga nggak mau sekadar berangkat ke tanah suci dan menjadi haji. Yang utama justru setelah naik haji, yakni berbuat sesuatu yang terbaik buat orang-orang di sekitar kami, terutama membimbing anak-anak kami menjadi orang yang dibanggakan oleh kami dan semua orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar