Senin, 30 November 2009

SUPAYA LEBIH PEDE

Sore lalu di hari Minggu, kami berencana melakukan “jabul”. Padahal hujan deras banget. Nggak cuma di sekitar Cempaka Putih, tetapi kabarnya merata di seluruh Jakarta dan New York City. Namun kami terpaksa harus "melawan" hujan. Kalo enggak, "jabul" nggak bisa terlaksana.

Oh iya, pasti Anda bingung dengan istilah “jabul”. Mahkluk apakah sih "jabul" itu? Berkaki empatkah? Bernafas dengan insangkah? Bukan mahkluk, kok. Jabul itu sebenarnya singkatan. Ini cuma diketahui oleh kalangan terbatas, terutama keluarga kami. Kepanjangannya sih sederhana, yakni “belanja bulanan”.

Jabul merupakan aktivitas resmi keluarga kami yang memang belum tercatat di Rekor Muri, apalagi Guiness Book of World Record. Tetapi kami selalu rutin melakukannya saban bulan. Biasalah, habis gajian ya belanja kebutuhan rumah tangga kita dong.

Buat kami, belanja bulanan memang menjadi aktivitas yang dianaogikan kayak rekreasi. Bukan kami jarang rekreasi ke tempat-tempat rekreasi, lho. Tetapi, oleh karena hypermart yang menjadi tempat belanja kami luas, seringkali kami bisa melakukan aktivitas gokil-gokilan. Saya bisa menari bersama kedua anak kami, kejar-kejaran, main petak umpet, dan aktivitas lain yang seru.

Sebelum pergi ke salah satu hypermart yang saban bulan kita kunjungi yang ada di dekat rumah kami, Khaira wanti-wanti. Ngerti kan wanti-wanti? Wanti-wanti itu asal katanya “anti”. Oleh karena ditambah kata “w” di depan kata “anti”, jadinya ya “wanti”. Oleh karena “wanti” sendirian, maka ditemanilah “wanti” lagi, sehingga menjadi “wanti-wanti”. Ngerti kan sekarang? Back to wanti-waniti yang diucapkan anak kedua kami ini.

“Ma, nanti kalo ke toko beli Happy Jus ya?” kata Khaira yang mengucapkan itu berkali-kali.

Happy Jus?” ucap istri saya rada heran.

Tumben nih anak minumannya Happy Jus. Itu kan minuman yang nggak ada vitamin-vitaminnya. Ya, paling-paling zat pewarna, zat perasa, ditambah gula, terus dicari adonan agar rasanya mirip jus. Kami memang sudah tahu deh tricky-tricky-nya minuman kayak begini. Dibilang jus, padahal bukan.

Biasanya Khaira itu paling doyan susu. Bukan susu yang berwarna merah, hijau, kuning, atau hitam, tetapi susu murni yang dihasilkan dari sapi-sapi pilihan. Sapi yang diperas oleh pemeras sapi sampai payudaranya kendor. Nah, ketika anak kami pengen banget Happy Jus, kita malah heran.

“Adik bener mau Happy Jus?” tanya istri saya meyakinkan anak kami.

“Iya, Ma. Jangan lupa nanti belikan adik Happy Jus ya...”

“Kenapa sih Adik mau beli Happy Jus?”

“Supaya Adik lebih pede!”

Lah, ternyata anak kami ikut-ikutan jadi korban iklan. Iklan Happy Jus! Yang tag line-nya: HAPPY JUS, BISA BIKIN PEDE! Pantas ngotot mau minum Happy Jus. Ya terpaksa kali ini kami kabulkan keinginannya, once in a lifetime. Mending lah minum Happy Jus daripada minum jus-nya Happy Salma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar