Jumat, 20 November 2009

KAYAK JURUS PENCAK SILAT

Keluarga kami termasuk kategori keluarga bahagia. Saking bahagianya, tidur kami pun cukup bahagia. Indikator kebahagiaan dalam tidur ditandai dengan gaya kami pada saat tidur. Bukan cuma anak-anak kami -Anjani dan Khaira- yang punya gaya saat tidur, saya dan istri pun seringkali melakukan hal yang sama.

Sebelum saya melanjutkan cerita soal gaya kami saat tidur, ada baiknya saya ceritakan terlebih dahulu soal kamar kami. Bahwa di rumah, kami punya tiga kamar tidur. Satu kamar tidur di bawah yang diperuntukkan dua asisten kami, dan dua kamar tidur buat saya dan istri serta kedua putri kami.



Meski anak-anak kami sudah dibuatkan kamar, mereka tetap saja suka tidur di kamar kami. Bukan karena kamar tidur mereka angker atau mereka takut tidur sendirian di kamar mereka, tetapi setidaknya ada dua alasan mengapa sampai mereka lebih senang tidur di kamar kami.

Alasan pertama, AC kami kami lebih dingin dari AC kamar anak-anak kami. Saya pikir alasan mereka nggak masuk akal. Kenapa? Kami membeli AC kamar kami bersamaan dengan pembelian AC buat kamar anak-anak kami. Artinya, sama-sama beli baru di waktu dan jam yang sama. Tetapi setelah beberapa saat berada di kamar anak kami, memang sih ada perbedaan suhu yang dihasilkan dari AC kamar kami dengan AC kamar anak-anak. Padahal angka celcius-nya sama. Misalnya angka di remote AC kamar kami dipasang 20 derajat celcius, kami coba pasang di AC kamar anak-anak juga segitu. Tetapi pada saat kami rasakan, memang lebih dingin suhu AC di kamar kami.

Kalo alasan pertama kayaknya kurang tepat, maka alasan kedua lebih tepat. Kebetulan saya pun suka dengan alasan ini, yakni kebersamaan. Bahwa meski spring bad di kamar kami nggak berukuran raksasa (kurang lebih 155 cm X 2,5 meter), tetapi kedua anak kami lebih suka "umpel-umpelan" (baca: berdesak-desakan)dalam satu ranjang. Dengan berdesak-desakan inilah yang menyebabkan kehangatan. Enak kan?



Nah, ketika berdesakan di dalam satu ranjang, anak-anak kami melakukan aksi bermacam-macam gaya tidur. Kadang kaki berubah menendang kepala orang lain. Itu baru soal kaki, soal perubahan posisi tidur pun menarik. Pada awal tidur, Khaira menghadap ke Utara, sementara pada saat pagi hari, ia sudah pindah menghadap ke Selatan dan di kaki kami. Sama halnya dengan Anjani, yang seringpula pindah posisi.

Saya yakin, mereka nggak sadar melakukan itu. Tetapi sadar nggak sadar, yang biasa menendang, diminta pertanggungjawabannya. Paling tidak memberikan minyak tawon pada orang yang kena tendangan. Entah itu kepalanya yang benjol atau kakinya yang bengkak, yang terpaksa harus diolesin minyak tawon itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar