Jumat, 13 November 2009

DUA MALAIKAT KECILKU


Buatku, mereka anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan padaku.

Bagai malaikat, mereka setia menemani hari-hariku.

Kala senang, mereka tertawa. Menghapus segala kebosananku. Membentuk lagi satu per satu semangatku. Untuk hidup dan bahagia.

Kala sedih, mereka membalik ragaku.

Gigi-gigi kecilnya...

Lesung pipitnya...

Seketika meringankan hatiku. Menambah kepercayaanku. Untuk selalu optimis. Untuk... sekali lagi tetap semangat.

Buatku semangat begitu penting. Tanpa semangat kita kehilangan gairah. Kita kehilangan tujuan... dan segala hal yang hendak kita capai.

Buat apa hidup tanpa tujuan?

Dengan tujuan langkah kita bisa terrencana.

Susunan langkah akan terprogram dengan jelas arahnya.

Tujuan hidup adalah bahagia. Ada yang ingin kaya raya. Ada yang ingin sehat saja. Tentu semua harus dengan semangat. Semangat untuk mencapai kebahagiaan. semangat untuk mendapatkan kekayaan. Semangat untuk menjaga jasmani dan rohani kita sehat.

....dan malaikat-malaikat kecilku memberikan semangat itu.

Mereka berdua cantik-cantik... secantik Mamanya... setampan Papanya.


Malaikat pertama makin besar makin terlihat cantik. Rambutnya panjang. Ada lembar-lembar rambut yang keriting, mirip sekali dengan Mamanya. Personifikasi seorang Nia Di Nata, sutradara sohor yang sempat bersama beberapa sutradara mengembalikan Piala Citra itu, yang sebetulnya cuma masalah jurang komunikasi antarsineas. Tapi malaikatku ini lebih suka diindentikan spt Milie Cyrus. Itu tuh si pemeran Hannah Montana.

Karakter malaikat pertamaku mirip aku. Yang selalu moody, yang selalu kreatif, yang pandai mengarang cerita, tak peduli, acuh, dan introvert.

Kepandaian Malaikat pertamanku adalah menggambar. Sekali lagi ini mirip dengan talenta yang dimiliki diriku. Tak ada kertas kosong yang dibiarkan bersih. Tak ada kuas cat, krayon, ataupun spidol dibiarkan menganggur. Selalu ada sketsa yang digoreskan di kertas. Banyak sekali sketsa yang dibuat Malaikatku. Yang banyak adalah sketsa mengenai kami. Keluarga bahagia. Ada Papa. Ada Mama. Ada Kakak. Dan ada Adik.

Setiap sketsa adalah refleksi mood-nya. Refleksi kreativitasnya. Soal keluarga bahagia, buatku suatu kebanggaan. Di benaknya tertancap kami adalah keluarga bahagia. Alhamdulillah, kami merasa bahagia di mata mereka kami bahagia. Bahagia di dunia, dan juga bahagia di akhirat kelak, seperti doa-doaku setiap waktu.

Mengapa bahagia? Tak banyak malaikat-malaikat mereka yang mengekspos kebahagiaan dengan transparan pada orangtua mereka. Yang ada, mereka bahagia karena materi berlimpah, sementara kasih sayang tak seujung kuku.

Kebahagianku yang direfleksi malaikatku adalah luar biasa. Menambah perbendaharaan sayang di hatiku. Mengisi pundi-pundi cintaku pada malaikatku ini.

Lain lagi dengan malaikatku yang kedua. Cantik juga.

Tak seperti malaikatku yang pertama, rambut malaikatku yang kedua ini masih sedikit. Anehnya, dia selalu memaksa diri menggunakan penjepit rambut. Lucu sekali.
Ada lagi yang membuatnya lucu. Dari mulut mungilnya itu selalu keluar kata-kata yang membuatku tersenyum, bahkan sempat tertawa terbahak-bahak.

Setiap hari memang ada saja kata-kata baru. Entah itu sepenggal kata yang tak jelas. Ada juga rentetan kata yang berbentuk sebuah kalimat. Lucu sekali.

Yang paling baru, dia sedang hafalkan lagu Best of Both World, lagu theme song Hannah Montana. Lucu sekali, padahal usianya baru 3,5 tahun.

Rupanya sensitivitas sebuah tren musik sudah mengakar pada diri malaikat keduaku, sama halnya tren Spongbob Squarepants atau Dora The Explorer.

Malaikat keduaku hobinya naik bajaj. Bajaj is her favorite vehicle. Aku tak tahu kenapa memilih bajaj sebagai kendaraan favoritnya. Kenapa bukan ambulan? kenapa bukan metromini? Atau kenapa bukan bus PPD?

Terakhir dia selalu minta duduk di pangkuanku....untuk belajar menyetir mobil.

Dengan sok tahu aku menebak mengapa malaikat keduaku memilih bajaj daripada memilih ambulan. Mungkin karena malaikat keduaku tak ingin menyerobot lalu lintas yang sedang ramai yang biasa dilakukan mobil ambulan cuma dengan alasan ada orang sakit yang perlu segera ke rumah sakit. Padahal belum tentu ada orang sakit di dalam, bukan?

Padahal cuma modal sirine yang bunyinya berisik itu ambulan bisa seenaknya menerobos keramaian. Lho bukannya bajaj sama seperti itu?

Dengan sok tahu lagi aku menerka mengapa malaikatku tak memilih metromini tapi lebih memilih bajaj. Barangkali karena tak ingin disejajarkan dengan sopir atau kondektur yang seenaknya menaikkan dan menurunkan penumpang di jalan.

Malaikat keduaku ini tak ingin disamakan dengan sopir metromini yang bisa ugal-ugalan di jalan, tanpa rasa bersalah, tanpa sopan santun berkendaraan. Lho, bukannya bajaj sama seperti itu?

Dengan sok tahu yang terakhir kalinya aku coba mereka-reka mengapa malaikat keduaku suka bajaj daripada bus PPD. Barangkali karena malaikatku ini tak ingin hidupnya disia-siakan oleh perusahaan, yang selalu terlambat menggaji karyawannya, yang jarang sekali memberi insentif, apalagi kenaikan gaji. Padahal mereka sudah bekerja keras untuk perusahaan. Mereka juga loyal sama perusahaan. Nah, kali ini tak sama seperti bajaj bukan?

Bajaj itu indah. Cuma sopir dan Tuhan yang tahu kemana bajaj diarahkan. Mungkin itu analisaku mengapa malaikat keduaku memfavoritkan bajaj.

Seperti juga malaikatku pertama, selalu bertanya kemana aku pergi...
Ia ingin aku selalu bersama mereka, seperti juga malaikatku pertama.

Selalu ingin disayang, dimanja, dibelai, dicium, digendong, dipeluk, dibacakan cerita, sholat bersama, dan have fun...

Bukan diarahkan untuk menjadi orang lain...

Memasukkan keinginan orangtua... padahal masa kecilnya masih panjang...

Malaikat pertamaku sekarang sudah besar.

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang harus aku jelaskan.

Banyak juga janji-janji yang harus aku tepati.

Seperti seorang Presiden pada rakyatnya yang mencoba berjanji untuk memerangi kemiskinan, memberikan subsidi beras, mengangkat harkat orang-orang cacat dan yatim piatu, membuka banyak lowongan kerja, membangun perumahaan untuk orang tak mampu, mengratiskan sekolah, meringangkan biaya kuliah, dan janji-janji lain.

Memang tak seperti Presiden, tapi janjiku juga tak bisa dibilang ringan.

Satu hal yang pasti aku berjanji pada kedua malaikatku... aku akan selalu menyayangi mereka sampai kapanpun...

Ya Tuhan, terima kasih Engkau kirimkan dua malaikat kecil yang luar biasa ini....

Yang memberikan semangat! Yang membuatku fokus pada tujuan hidupku dan komitmenku

Ya Tuhan, jangan pisahkanku dari kedua malaikatku...
Mereka sangat berharga buatku...

Mereka sangat bernilai untuk hidupku....

Akan kujaga mereka...

Akan kubesarkan mereka....

Akan selalu kukasihi mereka...

Tanpa embel-embel harus menjadi ini dan itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar