Selasa, 17 November 2009

SEKALI MENGAIL, TARGET TERLAMPAUI

Begitulah cara hotel The Ritz Carlton me-maintenance para Sekretaris di Jakarta ini. Mengundang mereka ke sebuah event di ballroom hotel yang berlokasi di Pacific Place, Sudirman Central Business Distric (SCBD), Jakarta Selatan. Ada makanan dan minuman gratis. Ada banyak door prize. Ada Dado Parus yang menjadi Host. Nggak lupa, ada penampilan janda Glen Fredly yang malam itu curhat colongan: Dewi Sandra.

Lipstick Jungle, begitulah nama acara malam itu. Saya beruntung diajak istri ke event itu. Padahal profesi saya bukan seorang Sekretaris. Nggak cocok pula jadi Sekretaris. Soalnya saya punya jenggot. Masa Sekretaris kayak kambing yang punya jenggot? Yang ada Direktur bisa kabur atau malah memotong saya di saat Idul Adha, buat kurban.

Seumur-umur istri jadi Sekretaris, saya baru sekali diajak ke event kayak gini. Memang, bukan salah istri saya. Barangkali saya yang perlu dipersalahkan. Why? Because saya seringkali menolak ajakan istri kalo ada event dimana yang diundang istri saya. Sebab, saya bisa menempatkan diri saya kalo posisi saya sebagai istri. Maksudnya? Biasanya kalo kita berjumpa dengan teman-teman, kita akan bebas lepas tanpa harus menjaga image alias jaim.


Kayak-kayaknya tema Lipstick Jungle: Bright Light. Big City. Best Friend terinspirasi film serial berjudul Lipstick Jungle juga yang lagi happening. Film drama komedi yang dibintangi Brooke Shields, Kim Raver, dan Lindsay Price ini bercerita soal intrik-intrik bisnis yang digambungkan dengan kisah asmara. Bukankah tema kayak gitu juga dialami Sekretaris?

Ketika anda bertemu dengan teman-teman SMA, pasti akan bercerita hal-hal yang norak, kampungan, dan udik, ya nggak? Kelakuan anda akan sama ketika SMA dahulu. Bayangkan kalo anda membawa pasangan, pasti ada sebagian kegilaan anda yang masih ditutup-tutupi. Pasti kekocakaan, kekonyolan, kejorokkan yang dahulu pernah anda lakukan nggak akan anda pertontonkan di depan istri. Bukan cuma anda yang bebas lepas atau ketawa-ketiwi cekakak-cekikik. Tapi istri anda pun boleh jadi akan risih, ketika berada di tengah-tengah teman anda dan melihat anda yang jauh berbeda.

Itulah mengapa saya nggak pernah mau diajak istri. Sebaliknya, saya juga nggak pengen istri juga diajak ke event-event yang kebetulan mengharuskan saya datang. Kecuali, event-event tersebut tidak melibatkan teman-temannya saya atau teman-temannya istri saya, kami pasti hadir berdua. Pameran, misalnya. Kecuali juga, ada yang meninggal atau menghadiri resepsi pernikahan.



Aneka makanan di food stall 80% enak-enak. Termasuk bebak peking ini yang diantre oleh banyak undangan. Saking enaknya dan barangkali takut kehabisan, masing-masing cuma dapat 2 potong bebek. Selain bebek peking, ada cake-cake yang nyumi.

Malam itu, saya merasa hidup di dunia Sekretaris. Saya mencium aroma parfum para Sekretaris. Saya juga melihat dandanan mereka yang beraneka ragam, dimana cara mereka tampil bisa memperlihatkan sifat-sifat sang Sekretaris itu. Ceritanya sok jadi Paranormal gitu deh! Apakah dia Pengoda? Apakah dia tipe Sekretaris konvensional? Apakah dia tetap tampil anggun tanpa menghilangkan adat Timur?

Ciri-ciri Sekretaris-Sekretaris Penggoda adalah pakaian ketat, celana ketat. Pakaian topless, rok mini. Wardrobe you can see yang mempertontonkan buah dada yang menyembul, plus rok mini. Itu semua dibalut dengan aksesoris yang kinclong: anting, gelang, atau kalung. Itu juga ditambah make up yang menor: lipstik merah atau hitam dengan glittering serta bedak tebal ½ cm. Anda pasti akan bisa menebak dengan cepat, Sekreratis tersebut layak dikategorikan sebagai Penggoda. Kalo nggak mengoda Bosnya, ya menggoda orang-orang yang melihat mereka.


Istri saya dan temannya. Dua-duanya seringkali beruntung mendapatkan door prize menginap di suite room hotel bintang lima. Mereka nggak pake jampi-jampi atau ilmu dari dukun buat mendapatkan door prize. Syaratnya cuma afirmasi.

Memang sih Sekretaris-Sekretaris yang tampil "seronok" dan bisa dikenakan UUD Pornoaksi itu, nggak 100% punya niat negatif, menggoda kaum Adam. Ada juga yang niatnya bekerja, cari duit. Kebetulan aja sifatnya memang suka show off bak selebriti. Pamer sana-sini dengan wardrobe dan aksesoris branded. Nggak lupa memegang gadget yang lagi happening: blackberry. Namun maaf-maaf aja, mayoritas Sekretaris bikin jantung para Bos-Bos ketar-ketir. Ujung-ujungnya, ya tebak sendiri lah. Inilah persepsi negatif Sekretaris yang seringkali tampil "seronok".

Berbeda banget dengan Sekretaris konvensional. Mereka biasanya cuma tampil dengan kemaja dibalut dengan blazzer plus celana bahan. Kalo pun nggak pake blazzer atau celana bahan, Sekretaris itu memakai wardrobe busana yang nggak menonjolkan lekuk-lekuk tubuh, buah dada, kemolekkan pantat, atau dandanan yang menor. Mereka juga nggak menggunakan hotpants. Meski konvensional nggak berarti cantik, lho? Nggak berarti juga anggung, lho!

Berkumpulnya para Sekretaris malam itu nggak lain nggak bukan merupakan bentuk penghargaan pihak hotel The Ritz Carlton. Bahwa Sekretaris merupakan aset berharga bagi hotel. Tanpa peran Sekretaris, nggak mungkin occupation kamar di hotel bakal terisi Costumer dari kalangan Pengusaha maupun Pejabat. Lho apa hubungannya? Begini, ketika para Pengusaha atau Pejabat akan melakukan perjalanan bisnis di Jakarta, Sekretaris punya banyak pilihan untuk “menginapkan” Pengusaha atau Pejabat itu di hotel-hotel di luar The Ritz Carlton. Nah, berkat pilihan Sekretaris ke hotel The Ritz Carlton, otomatis hotel ini mendapatkan Costumer selama weekdays (Senin-Jumat). Maklumlah, hotel ini berkonsep hotel bisnis.

“Istilah buat mereka yang rajin menginapkan Customer di hotel adalah guest booker,” jelas istri saya.


Bukan bermaksud berselingkuh, karena yang saya gandeng itu cuma manequeen. You know what? wardrobe yang dipakai di manequeen itu harganya 3,5 juta! Kayak-kayaknya kalo bukan Sekretaris plus-plus, nggak mungkin mampu membeli wardrobe kayak gitu deh, ya nggak? Sekretaris plus-plus itu mirip Rany si Caddy Golf yang sempat menghebohkan dunia dalam berita, eh dunia politik tanah air.

Acara model Lipstick Jungle ini udah beberapa kali diadakan di The Ritz Carlton. Nggak semua Sekretaris yang pernah mem-booked kamar di The Ritz Carlton diundang, lho. Ada batas tertentu si Sekretaris bisa diundang. Istri saya saja kira-kira udah lebih dari 60 kali mem-booked kamar buat wakil Bos dari luar negeri dari perusahaannya yang kebetulan mengadakan meeting di Jakarta.

Kalo lihat di Executive Reservation Service (ERS) Apreciation Awards Program atau bahasa Indonesia harafiahnya: program penghargaan para Sekretaris yang menjadi guest booked, ada panduan reward-nya. Dalam The Ritz, mereka yang sempat mem-booking kamar diberikan "lions". "Lions" yang terendah mendapatkan voucher makan di Cake Shop senilai Rp 200.000. Jumlah "lions"-nya 10. Kalo mau menginap di Grand Room, minimal udah mengumpulkan 40 lions. Kalo berhasil mengumpulkan sampai 2000 lions, anda memiliki kesempatan menginap tiga hari tiga malam di The Rizt-Carlton, Tokyo. Gokil nggak? Nah, supaya win-win solution, maka startegi me-maintance para Sekretaris inilah yang dijalankan.

Buat The Ritz dan hotel-hotel lain yang juga selalu mengadakan event yang sama, acara model Lipstick Jungle ini ibarat pepatah “sekali mengail, target terlampaui”. Maksudnya apa? Maksudnya, sekali bikin event, The Ritz bakal mendapatkan keuntungan berlipat. Tentunya target Sales dan Marketing hotel ini tentunya. Yaiyalah! Konsep acara Lipstick Jungle nggak cangih-canggih amat. Makanan yang ada di food stall memang udah dimiliki hotel. Paling-paling production cost buat bayar Dewi Sandra dan home band, Dado Parus sebagai host, serta door prize yang sebetulnya memang nggak perlu dana ekstra.

Salah satu door prize-nya menginap di hotel The Ritz di kamar yang luar biasa. Buat sebagian dari anda, pasti berpikir “wah gokil!”. Tapi buat sebagian Sekretaris, itu mah biasa! Lagipula nginap di hotelnya pada saat weekend. Lho, weekend malah bukannya keren? Bukannya malahan full booked? Kalo hotel berkonsep family atau resort barangkali begitu, full booked. Tapi kalo konsep hotelnya bisnis kayak The Ritz, weekend malah kosong. Yang rame malah weekdays.

“Makanya banyak Sekretaris yang nggak menghargai door prize-nya menginap di kamar hotel,” ujar istri saya. “Kata mereka: ngapain nginep di hotel di Jakarta kalo kita tinggal di Jakarta?”

Bener juga sih, ngapain ngipep kalo rumahnya dekat hotel, ya nggak? Saking nggak menghargai, door prize (khususnya yang menginap di hotel) yang didapat belum tentu laku kalo diberikan gratis, apalagi dijual. Biar dikasih kamar paling bagus, makan gratis, dan menikmati fasilitas lain, banyak Sekretaris yang nggak memanfaatkan hal itu, lho! Padahal harga kamar di The Ritz paling murah 198 US$ dan paling tinggi 6.288 US$, lho! Pake dolar? Yap! hotel di Jakarta rata-rata pake dolar cong! Nah, menurut istri saya, room rate yang di-door prize kan seharga 350 US$. Itu sama aja seharga Rp 3,5 juta dengan nilai dolar Rp 10.000. Lumayang kan?

“Padahal kalo kita nggak suka, anak-anak kita belum tentu nggak suka juga, ya nggak?” komentar istri saya yang kebetulan malam itu mendapatkan door prize menginap di The Ritz Carlton suite room. “Anak-anak pasti bisa menikmati. At least bisa berenang di hotel bintang lima gratisan lah!”


Dengan mendapatkan door prize di event Lipstick Jungle, istri saya sekarang punya 3 voucher menginap di hotel bintang lima. Kalo dijadikan aset, maka nilainya bisa mencapai Rp 10 juta. Lumayan gini hari punya aset Rp 10 juta. Mungkin kecil, tapi diperolehnya dari sesuatu yang halal.


Begitulah sifat istri saya. Dia nggak egois. Berpikir sebagai seorang yang seringkali menginap dari hotel ke hotel dalam rangka perjalanan dinas. Kalo cuma memikirkan diri sendiri kayak gitu, barangkali door prize menginap itu, nggak akan pernah dipergunakan. Udah bosen lah yau nginep di hotel! Namun dia ingin anak-anak saya yang menikmati. Barangkali inilah yang membuat Allah selalu memberikan nasib baik padanya. You know what? Setiap kali ada event yang ada door prize-nya, istri saya selalu dapat. Saat ini ada 3 hadiah door prize menginap di tiga hotel bintang lima di suite room yang belum dipergunakan olehnya. Kalo hitung-hitungan, ada aset senilai 350 US$ (harga rata-rata kamar bintang lima yang di-doorprize-kan) dikali 3 hari itu senilai Rp 10,5 juta. Lumayang bisa beli sepeda lipat, ya nggak? Tinggal sekarang kami yang bingung, kapan tanggal yang tepat buat menginap. Maklum jadwal kami dan anak-anak kadang nggak singkron.

Kalo schedule anak-anak nggak singkron-singkron, gimana kalo suite room di hotel bintang lima itu kita gunakan buat honeymoon kita yang ke-2 sayang? Barangkali dari hotel itu kita bisa punya anak lagi. Barangkali anak itu kelak jadi Pengusaha hotel bintang lima. Paling enggak, bintang tiga lah. Kalo dalam Angkatan Darat, bintang tiga setingkat Letnan Jenderal (Letjen). Lumayan kan?


all photos and video copyright by Brillianto K. Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar