Senin, 16 November 2009

RUMAH IRIAN JAYA ALA KHAIRA

Setiap pagi kami selalu saja dibuat surprise oleh kedua anak kami. Alhamdulillah, surprise yang mereka buat selalu positif dan membuat kami tersenyum. Pagi ini, Khaira membuat surprise saya. Belum juga normal sadar 100% akibat bangun pagi, tiba-tiba anak kedua kami sudah berdiri di pojok ranjang.

“Pap, adik punya sesuatu untuk Papa,” kata Khaira yang pagi ini sudah komplet dengan seragam sekolahnya yang berwarna putih-hijau.

“Oh ya?” kata saya sambil mengucek-ngucek mata, supaya kotoran yang ada di pingiran mata saya hilang. Maklum, masih terlalu malas buat cuci muka, apalagi mandi.

Kelar melaporkan soal “sesuatu” tadi pada saya, Khaira berlari kecil ke arah kamarnya. Tak berapa lama kemudian balik lagi sambil membawa sebuah kotak yang sudah ditempel-tempelkan sesuatu.

“Ini untuk Papa,” ucap Khaira sambil menyerahkan kotak yang dikatakan “sesuatu” itu.

“Bagus sekali!”

Kata-kata saya itu spontan keluar. Terus terang, kata sebuah buku yang sempat dibaca istri, kalo anak Anda memberikan atau memperlihatkan hasil karyanya, Anda jangan pernah mengatakan “apa ini?”. Kata yang paling baik yang harus kita ucapkan adalah “bagus” atau “luar biasa” sebagai bentuk sebuah pujian.

Biar hasil karya anak Anda absurd, nggak jelas, norak, jelek, dan nggak sesuai dengan selera artistik Anda, cobalah Anda menghargai dan memberikan pujian. Awalnya memang terdengar basa-basi, tetapi kalo kita terbiasa, pujian kita pada anak akan terasa tulus.



Memangnya kenapa kalo kita mengatakan ‘apa ini?’ pada anak kita pada saat anak kita memberikan atau memperlihatkan hasil karyanya? Menurut buku itu, anak Anda akan merasa kecewa, karena idenya dianggap nggak sama dengan ide orangtuanya. Si anak merasa lukisannya bagus, tetapi karena orangtua nggak mengerti lukisan itu lantaran bentuk lukisannya nggak jelas, si orangtua jadi bertanya: apa ini?

Kalo saya nggak diingatkan istri, barangkali “sesuatu” yang diberikan Khaira pagi ini akan saya tanya dengan pertanyaan “apa ini?” daripada memuji dulu dengan kata “bagus sekali!”. Sebab, “sesuatu” yang diberikan putri kedua saya ini absurd banget. Sebuah kotak yang ia katakan sebagai...

“Ini rumah Irian, Pap,” jelasnya.

“Wow! Bagus sekali, Nak!”

“Penghuninya ada di dalam dan atapnya terbuka. Ada jendela di rumah ini,” papar Khaira panjang lebar.

Perhatikan foto yang saya abadikan. Pasti Anda akan bertanya-tanya, kok rumah Irian seperti itu? Mana rumbai-rumbainya? Aneka pertanyaan pasti akan Anda pertanyaan buat mengkritisi hasil karya anak kami. Beruntunglah kami nggak seperti Anda. Kami coba membiasakan diri buat memotivasi anak dengan menghargai apapun karyanya. Mau karyanya jelek, absurd, nggak bermutu, buat kami, karya mereka adalah sesuatu. Apalagi buat seorang anak berusia 5 tahun yang sedang getol-getolnya membuat kreasi, kata-kata motivasi, jelas akan lebih berguna daripada kritik.

“Besok adik bikin rumah orang Kalimantan ya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar