Minggu, 18 Oktober 2015

Papa dan Mama Bangga Nak



Itulah kata yang tepat yang saya berikan pada putri kami. Dengan kerja keras dan kerja tim yang kompak, putri kami dan dua temannya berhasil meraih juara ke-2 lomba aplikasi mobile edukasi tingkat nasional. Lomba yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini berlangsung pada 16-17 Oktober 2015 ini di Semarang, Jawa Tengah.

Sekali lagi, kemenangan ini jelas membanggakan. Bukan cuma membanggakan kami, tetapi membanggakan untuk sekolah mereka. Sebagai wakil dari sekolah, mereka telah berusaha semaksimal mungkin dan alhamdulillah berhasil membawa sebuah piala.

Tentu, keberhasilan mereka berkat bantuan Allah swt. Melalui doa-doa yang dipanjatkan oleh kami sebagai orangtua, lalu kakek-nenek, pakde-bude, dan juga kakak-kakak di keluarga besar kami, Allah swt menggerakkan kekuasaan-Nya. Sebagai manusia, kita cuma bisa berusaha dan berdoa. Berbicara usaha, padahal putri kami dan tim sempat pesimis. Hal ini terjadi, ketika dewan juri menghentikan presentasi tim, karena durasi presentasi terlalu lama.

Tenang, Kak. Sekarang saatnya berdoa,” ujar saya mencoba menenangkan.

Namun, apa yang dipikirkan manusia, belum tentu kejadiannya akan sama. Rasa pesimis, ternyata tidak menjadi kenyataan. Meski saat presentasi dihentikan, juri menatapkan putriku dan tim berhasil meraih juara ke-2 lomba aplikasi mobile edukasi tingkat nasional. Alhamdulillah...

Papa dan Mama bangga sama kakak,” ujar kami.

Keberhasilan mereka membuat stasiun televisi +Surya Citra Televisi (SCTV) meliput dan membuat paket berita.


Rabu, 14 Oktober 2015

SELAMAT BERTANDING, NAK...

Sejak masuk SMK, aktivitas putri saya luar biasa padat! Awalnya kami cemas. Salah satu kecemasan kami adalah fisik. Maklumlah, jam istirahat putri kami jadi berkurang. Bayangkan saja, berangkat pagi, pulang sebelum magrib.

Kami selalu mengingatkan agar jangan lupa makan. Yang terpenting juga, jangan lupa sholat. Buat kami, setelah kita berusaha dan selanjutnya semua kita gantungkan pada Allah, masalah akan beres. Oleh karena itu, kami tak bosan-bosan untuk mengingatkan putri kami agar jangan lupa sholat.

Aktivitas putri kami bukan sekadar hura-hura, atau nongkrong dengan teman-teman sepulang sekolah. Ia lebih banyak mengikuti ekstra kulikuler. Lebih lagi, ia dipilih untuk ikutan membantu di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Agenda harian makin padat ketika diminta sekolah untuk mengikuti lomba.


Sudah beberapa kali, putri kami diminta oleh Kepala Sekolah untuk mewakili sekolah dalam lomba. Sebagai orangtua, tentu saja kami bangga sekali. Kami tak pernah menargetkan putri kami untuk memenangkan perlombaan. Juara berapa pun no problem, bahkan sudah diminta sekolah untuk jadi wakil pun luar biasa.

Pagi ini, lepas subuh, saya mengantarkan putri kami ke Stasiun Kereta Api, Gambir, Jakarta Pusat. Ia dan kelima temannya hendak pergi ke Semarang, Jawa Tengah. Mereka akan mengikuti lomba "Bahan Ajar Mobile Edukasi 2015". Jadi, kelompok ini sudah membuat sebuah aplikasi mobile untuk bahan edukasi anak-anak SD. Saya sudah lihat karya mereka. Menarik sekali! Nah, karya aplikasi ini akan diikutkan lomba di Semarang.

"Habis ini aku mau diminta mewakili sekolah lagi untuk lomba english competition, Pa," ujar putri kami di dalam mobil.

"Wow! Luar biasa sekali!," ujar saya sambil mengemudikan mobil.

Sungguh, kami bangga dengan putri kami ini. Belum juga lomba di Semarang, sudah ada tawaran ikut lomba lagi. Sebelum di Semarang pun, ia juga sempat mengikuti beberapa lomba, termasuk lomba membuat film pendek bersama teman-teman sekolahnya. Hebat!

"Papa dan Mama cuma bisa berdoa pada Allah agar kakak selalu dalam lindungan-Nya. Selamat bertanding ya Nak..."





Jumat, 09 Oktober 2015

TIKUS DI RUMAH DAN FILM "RATATOUILLE"

"Pah, itu ada tikus," ujar Khaira.

Mendengar putri saya itu, seketika saya langsung menghentikan aktivitas saya: mengetik. Seekor tikus tergeletak di sebuah papan yang sudah ditaburi lem tikus. Putri saya menggeser badannya. Ia nampak geli.

"Kayaknya masih hidup.."

Iya, tikus itu masih hidup. Tetapi separuh badannya sudah lengket di papan yang berisi lem itu. Si tikus masih coba usaha melepaskan diri. Tapi tak jelas mampu.

Saya adalah pria yang takut pada tikus. Barangkali tak tepat dikatakan takut ya, tetapi geli. Setiap ada bangkai tikus di rumah, saya selalu minta pembantu saya untuk membuangnya. Kini, sang pembantu sudah tak ada di rumah. Jadi, mau tak mau tikus hidup yang terperangkap itu harus saya yang membuangnya.

Dengan rasa jijik, saya pun mencari plastik. Plastik ini untuk memasukkan tikus tersebut. Di tengah usaha saya memasukkan papan yang ada tikusnya itu, istri saya datang.

"Tadi kayaknya belum ada (tikusnya)?"

"Berarti tikusnya baru terperangkap," ujar saya sambil terus berusaha memasukkan papan berisi tikus ke plastik.

Alhamdulillah, dengan "penuh perjuangan", saya berhasil memasukkan tikus ke plastik dan segera membuangnya.

Kejadian tikus yang terperangkap ini menarik. Kenapa? Yakni saat putri saya sedang menyaksikan film Ratatouille di Indovision. Anda tahu kan film Ratatouille? Film ini mengisahkan seekor tikus dan seorang pria. Pria ini terbantu dengan seekor tikus, karena tikus tersebut "mengendalikan" si pria saat memasak di sebuah restoran.

Entah kenapa tikus di rumah terperangkap di saat film Ratatouille diputar. Saya berpikir, jangan-jangan tikus di rumah pengen nonton film tersebut, tetapi lupa ada jebakan yang kami pasang. Walhasil, apes lah hidup tikus kami di rumah. Oh iya, tikus ini adalah satu-satunya tikus yang sudah lama kami buru dan alhamdulillah pagi ini berhasil terjebak.