Sabtu, 27 Februari 2010

MENDING JADI 'BAPAK ASUH' DARIPADA 'BAPAK ASU'?

Perayaan ulangtahun ke-9 di Rawasari Country Club (ARCICI), Cempaka Putih, Jakarta Pusat ternyata memberikan kesan yang mendalam buat Anjani. Betapa tidak, semua acara dibuat oleh kami sendiri. Istri saya bertindak sebagai Master of Ceremony (MC), sedangkan saya bertindak sebagai Game Master alias Pemandu Permainan.

Saat itu, kami membuat suasana ultah jadi meriah. Sengaja kami tidak menyewa jasa profesional semacam event orginizer (EO) khusus ultah yang meng-arrange event ultah anak kami. Sedikitnya ada dua alasan mengapa. Pertama, nggak punya budget buat meng-hire jasa EO. Kedua, melatih kreativitas kami sebagai orangtuhttp://www.blogger.com/img/blank.gifa.


Kue ultah Anjani ke-11 buatan istri saya. Kebetulan perayaan ultah Anjani bertepatan dengan ultah saya. Jadi kue ini juga ditujukan buat saya. Semua orang bilang, kue buatan istri saya: ENAK!

Dengan tidak menggunakan jasa EO, maka kami jadi bisa menekan production cost buat event ultah Anjani. Cost bisa dialihkan pada hal-hal yang berguna, ya nggak? Kalo soal kreativitas, ya itu memang kudu harus selalu kami lakukan. Kami ingin menjadi orangtua yang kreatif dan up date. Bukan mau beralasan gara-gara nggak punya duit, lho. Eh, tapi gara-gara alasan itu juga sih. Memang harus begitu kali ya, memaksakan diri jadi kreatif gara-gara nggak punya duit. Daripada punya duit jadi malas? Nggak melatih otak kita jadi kreatif?

Anyway, Anjani terkesan dengan kami yang berhasil 'menghebohkan' ultahnya ke-9. Istri saya yang membuat joke-joke segar pada saat jadi MC, juga permainan yang saya buat, kayak permainan jalan dengan bantuan koran, rebut-rebutan kursi, serta mencari harta karun. Nggak ketinggalan acara renang setelah tiup lilin dan potong kue.

"Papa dan Mama-nya Anjani biasa jadi pemandu acara ultah ya?" tanya salah seorang tamu, yakni orangtua anak kami.


Anjani dan teman-temannya merayakan ultah ke-11 di rumah Uti. Sederhana tapi meriah.

Ketika ditanya begitu, kami senyam-senyum aja. Yaiyalah! Masa kami mau jawab: iya, kami EO profesional yang biasa meng-handle ultah anak-anak. Kami nggak mau bohong lah yau! Kami juga nggak mau bilang, ah, enggak kok, kami baru pertama kali melakukan ini semua. Biar mereka yang memutuskan. Ya siapa tahu pas pensiun nanti kami benar-benar bisa jadi EO ultah.

Sayang seribu kali sayang. Pada saat ultah ke-9 nggak ada photografer yang mengabadikan acara ultah, termasuk mengabadikan kami saat menjadi Host maupun Game Master. Oleh karena itulah, di ultah yang ke-11, Anjani ingin mengulangi 'kehebohan' yang kami buat, namun kali ini kudu diabadikan dengan camera.

"Bagaimana kalo kita bikin ultah sederhana aja, Nak?" tanya istri saya.

"Maksudnya?" tanya Anjani lagi.

"Kita tetap bikin acara ultah, tetap tiup lilin, tetap potong kue, dan tetap berenang di ARCICI," jelas istri saya. "Tetapi nggak perlu sewa ruang di ARCICI dan ada permainan."

"Kenapa?"

"Bukankah kamu cuma mau undang teman-teman dekat kamu aja?" tanya istri. "Sayang banget kalo kamu cuma undang sedikit tamu, kita harus sewa ruang."

Memang pada saat ultah Anjani ke-9, kami sempat mengundang sekitar 40-an anak, sehingga memang membutuhkan ruang yang cukup besar. Di ultah ke-11 ini, Anjani sudah nggak mau undang banyak orang. Nggak mau undang tetangga-tetangga lagi atau semua teman sekelasnya. Undangan Anjani cuma sekitar 10-15 orang saja. Oleh karena itu diputuskan merayakan ultah di rumah.

"Di rumah Uti aja, Ma," ucap Anjani memberi usul.

"Nanti Papa tanya dulu sama Uti ya."

Uti yang dimaksud di sini adalah Nenek. Jadi Anjani ingin merayakan ultah di rumah Ibu saya yang kebetulan dekat dari rumah dan rumahnya agak besar. Alhamdulillah, Ibu saya mengizinkan, bahkan beliau senang banget rumahnya bakal dilaksanakan ultah cucu pertamanya ini.


Teman-teman Anjani yang nyebur ke kolam di ARCICI. Semuanya udah jago-jago renang, bo! So, mana mau ngasuh Khaira ketika nyebur di kolam? Semua sibuk dengan urusan masing-masing

Perayaan ultah ke-11 berlangsung mulus. Setelah tiap lilin dan potong kue, teman-teman Anjani nggak tahan mau berenang. Padahal jam di dinding masih menunjukan pukul 2 lewat 35 menit. Artinya, matahari masih lagi kenceng-kencengnya bersinar. Kalo nyemplung di kolam masih panas, badan bisa berubah jadi negro alias hitam dong. Eh, tapi mereka tetap ngotot pengen berenang. Yasudah, daripada saya didemo atau dikeroyok teman-teman Anjani yang semuanya perempuan itu, saya memboyong mereka ke ARCICI.

Sesampai di ACRCICI, mereka langsung nyebur ke kolam. Ya, tentu saja setelah mereka mengganti baju dengan baju renang kalee! Seperti seorang life guard, saya menunggu di bangku di pinggir kolam. Saya nggak sadar kalo Khaira juga mau berenang. Tentu Anjani dan teman-temannya sibuk sendiri dengan 'kehebohan' mereka di kolam renang. Mana mau mereka ngurusin Khaira yang belum bisa renang ini?

"Adik mau berenang sama Papa," ujar Khaira memelas.



Saya pun akhirnya ikut-ikutan nyempulung di kolam renang ARCICI sore itu. Kalo Anda lihat kejadian sore itu, saya seperti Bapak asuh yang sedang mengasuh kesepuluh anak berenang. Ah, mending jadi Bapak asuh daripada 'Bapak Asu' alias 'Bapak-nya Anjing'?

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar