Minggu, 07 Februari 2010

GARA-GARA DUDUK SEBANGKU DENGAN INEZ

Menurut Anjani, itu yang menjadi salah satu penyebab nilai-nilai di sekolahnya menjadi bagus. Bahwa Inez menjadi teman sekelas yang membuat hidup putri kami "berwarna". Ada saatnya bercanda, tetapi bisa pula serius ketika sedang belajar.

Inez memang sudah menjadi teman dekat putri kami sejak dua tahun ini. Entah kenapa teman-temannya yang dulu nggak begitu cocok. Tapi begitu kenal Inez, Anjani lengket kayak permen karet. Tentu kita pasti mengalami mencari teman yang cocok itu nggak mudah, sebagaimana anak kami merasakannya. Bukan karena kita kurang bergaul dengan teman-teman sekelas yang lain, lho. Bukan pula kita terlalu sombong dekat dengan teman lain. Kecocokan itu semata-mata lebih karena persamaan dalam berbagai hal.

"Ya, enak aja," ujar Anjani mengomentari kenapa memilih Inez sebagai temannya.

Kebetulan rumah Inez juga nggak terlalu jauh dari rumah kami. So, ketika ada waktu main, Inez datang ke rumah kami, dan sebaliknya Anjani juga kadang berkunjung ke rumah Inez.



Apa sih yang istimewa dari Inez?

Seperti yang sudah anak kami bilang, Inez itu orangnya asyik. Kebetulan punya hobi sama, suka mendengarkan musik, berenang, dan main internet. Meski bukan golongan siswa yang paling pintar, Inez termasuk murid yang boleh dikatakan lumayan dalam mata pelajaran. Nah, kebetulan, Anjani juga bukan golongan anak yang sangat pintar untuk nilai-nilai tinggi di kelas, maka pasangan yang cocok memang Inez. Padahal ada satu teman Anjani lain yang selalu menjadi juara kelas, yakni Bila. Namun, ternyata Anjani tetap memilih Inez.

"Kayaknya kalo sebangku dengan Inez, nilai Anja bagus-bagus, deh, Pap," ungkap Anjani.

Ah, masa?

"Buktinya di kelas tiga, Anja masuk rangking 8. Sekarang nilai-nilai Anja juga bagus, kan?"

Buat sementara waktu, saya coba memahami alasan anak kami itu. Bahwa Inez memiliki pengaruh besar dalam nilai mata pelajaran Anjani. Pada saat kelas 1 dan 2, Anjani memang tidak pernah masuk ke rangking 10. Baru setelah kelas 3 dan duduk bareng dengan Inez, Anjani berhasil menembus rangking 8. Sampai di kelas 5 sekarang, setelah duduk bareng lagi dengan Inez, anak kami selalu mendapatkan nilai baik, bahkan tertinggi di kelasnya.

"Tapi bukan karena duduk dengan Inez kamu jadi nggak belajar ya, Kak," kata saya berpesan.

"Iya, Pap."

Saya tahu, usaha untuk mendapatkan nilai terbaik juga harus belajar. Bukan sekadar duduk dengan siapa. Apalagi sampai detik ini Anjani nggak pernah mencontek dan kami selalu mewanti-wanti agar jangan sampai mencontek sampai kapan pun. Nilai 100 yang didapat untuk tes unit Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah hasil kerja kerasnya dalam menghafal setiap hari.

"Jadi resep kamu dapat nilai terbaik gara-gara kamu rajin menghafal, sehingga pada saat tes, kamu sudah tahu jawabannya," kata saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar