Minggu, 28 Februari 2010

LEBIH CANGGIH DARI HP PAPA DAN MAMA

Seperti itulah gadget Anjani. Handphone anak kami yang pertama ini memang lebih canggih dari milik kami sendiri. Kami nggak akan menyebut merek dan tipenya apa, yang pasti tipe handphone Anjani adalah yang terbaru. Handphone produk sejuta umat ini berteknologi touch screen. Memang sih teknologi touch screen sudah lama dipergunakan di gadget-gadget lain, kayak PDA. Namun handphone seri terbaru ini tetap aja canggih dibanding handphone kami.

Terus terang bukan kami ingin memanjakan anak dengan membelikan gadget canggih berteknologi touch screen ini. NO! Kalo kami memanjakan, pasti sudah lama kami membelikan gadget-gadget lain yang diminta Anjani, mulai dari PS3 sampai Blackberry. Namun, biar merengek sampai air matanya berember-ember, kami nggak mengabulkan permintaan itu.


Berburu HP sampai ke ITC Roxy. Habis, kata orang ada toko yang harganya miring banget di ITC Roxy ini.

Buat kami, PS3 nggak penting. Wong sudah ada game, kok di komputernya. Kalo bosan dengan game di komputernya, ya tinggal klik di internet game-game lain. Toh, sekarang ini bisa download beberapa game, ya nggak? PS3 itu menghabiskan waktu dan cenderung menstimulasi otak anak jadi 'doyan berantem' atau selalu punya pikiran setiap orang yang mengalahkannya adalah musuh. Yang namanya musuh kudu dihabisi. Buat kami, brandwashed kayak begitu gawat banget! Yang juga kami cegah kalo memberikan PS3 atau semacamnya adalah jadi nggak begaul. Lebih suka menghabiskan waktu main game ketimbang bersosialisasi.

Seperti juga PS3, Blackberry juga nggak penting. Wong kami aja berdua nggak pake Blackberry, ngapain juga anak kami dikasih Blackberry? Kami pikir Blackberry nggak penting banget. Mayoritas teman-teman saya menggunakan Blackberry cuma meng-update status, entah itu status di Facebook atau di Twitter. Mayoritas mengunakan Blackberry cuma buat memudahkan meng-upload foto yang sudah diabadikan, lalu langsung bisa di-upload di jejaring sosial.



Kami nggak pengen hidup kami diganggu oleh bunyi-bunyian yang setiap saat mengganggu. Dengan punya handphone aja terkadang masih mengganggu, apalagi punya Blackberry. Saya melihat hampir semua teman saya yang punya Blackberry selalu menatap kotak kecil itu, baik pada saat meeting maupun berbicara pada orang. Kayaknya rugi banget kalo Blackberry yang berbunyi itu dicuekin dan nggak segera dilihat atau di-update. Buat kami, tingkah laku kayak begitu nggak sopan. Yaiyalh nggak sopan! Dalam ilmu komunikasi, pada saat berbicara sebaiknya kita fokus pada lawan bicara kita, tatap matanya. Nah, bayangkan kalo pada saat lawan bicara lagi ngomong, sementara mata kita melihat ke Blackberry apa bisa dikatakan sopan tuh namanya?

Itulah mengapa permintaan Anjani agar mendapatkan gadget nggak dikabulkan, sampai dua hari lalu. Ia kami belikan handphone seri terbaru. Setidaknya ada dua alasan kenapa Anjani kami belikan. Pertama, sudah dua tahun lebih ini ia memakai handphone dengan tipe yang sama yang belakangan sudah sering hang. Yang kedua, handphone yang merupakan bagian dari kado ulangtahunnya ini, sebagian uang buat membayar berasal dari tabungan Anjani sendiri. Artinya, ada hak Anjani memilih jenis handphone yang disuka, wong membelinya pakai uang tabungannya, kok. Kami cuma menambahkan sisa pembayarannya.

Kami pun memburu handphone ini ke ITC Roxy di Grogol, Jakarta Barat. Sengaja kami beli di situ, bukan di Cempaka Putih yang dekat tempat tinggal kami. Padahal di Cempaka Putih juga ada Roxy, kan? Sebab, katanya ada toko yang menjual handphone dengan harga sangat miring. Saking miringnya, harganya jadi jauh lebih murah. Mantabs kan?

"Pokoknya kamu harus semakin rajin belajar ya, Nak," ujar istri saya.

"Iya," jawab Anjani dengan mimik ceria setelah mendapatkan handphone baru.

"Dan jangan lupa sholat," tambah saya.

"Iya."

Saking gembiranya, Anjani langsung meng-update status di FB-nya. Mengetahui hal itu, kami pun menggodanya.

"Gadget baru nih ye!"

"Ah, Mama, Anja kan exciting," ujar Anja dengan wajah malu-malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar