Sabtu, 20 Maret 2010

MAKSA BIKIN DONAT

Hari ini hari Jum'at. Seperti sekolah-sekolah lain, hari Jum'at merupakan hari terakhir anak sekolah belajar. Begitu pula buat Khaira. Memang sih ada sebagian sekolah yang belum meliburkan muridnya alias Sabtu masih masuk.

Biasanya kalo sudah masuk Jum'at, kedua anak kami langsung tanya: "Besok kita liburan kemana, Pap-Ma?" atau "Besok makan atau pergi ke mal mana, Pap-Ma?" Ya, biasalah, kalo kami nggak merencanakan pergi ke luar kota, biasanya weekend kami isi dengan jalan-jalan seperti kebanyakan keluarga. Kalo nggak ke makan di restoran, belanja di mal, atau liburan yang bermanfaat kayak ke museum.

Anehnya, weekend kali ini mereka nggak tanya begitu, khususnya Khaira. Putri kedua kami justru punya rencana lain. Apa itu?

"Ma, besok bikin donat ya?" tanya Khaira.

Lho, kok tiba-tiba minta dibikinin donat ya? Padahal hari sebelumnya kami nggak pergi ke J-co atau Dunkin Donnats yang harganya lebih mahal itu. Memang biasanya kalo kita habis pergi ke restoran, ada saja inspirasi untuk membuat makanan sesuai restoran itu. Misalnya ke Pizza Hut, baik Anjani maupun Khaira minta dibuatkan pizza atau spaghetty. Atau ke restoran ayam bakar, mereka minta dibuatkan babi bakar, eh salah ayam bakar. Maklumlah, istri saya jago masak. Jadi, mumpung jago masak, ya istri saya 'dikerjain' sama anak-anak buat urusan eksperiment masakan.

"Soalnya temen-temen ade ada yang pesen donat," tambah Khaira lagi.

Kalo istri saya harus bikin donat hari Sabtu, padahal hari Sabtu sekolah Khaira libur, maka donatnya jadi nggak enak. Jadi basi. Hal inilah yang coba ingin dijelaskan istri saya pada Khaira.

"Nggak bisa sayang," ucap istri saya. "Besok Minggu ya bikin donatnya?"

"Kalo begitu Mama tidur dulu aja, nanti malam bangun lagi buat bikin donat ya?" atur Khaira yang masih juga nggak mengerti.

"Nggak bisa sayang. Donat itu nggak bisa lama-lama. Nanti donatnya basi. Masa temen-temen adik mau dikasih donat basi?"

"Kalo begitu Mama bikin donatnya pagi-pagi aja," ucap Khaira masih maksa. Yang dimaksud pagi-pagi adalah hari Jum'at pagi.

"Nggak bisa sayang. Bikin donat itu nggak bisa sebentar. Nanti kalo pagi bikin donat, Mama nggak bisa antar adik dong?"

Obrolan soal donat pun berakhir. Kami sudah mengantarkan Anjani dan Khaira ke sekolah, setelah itu kami pergi kerja. Seperti biasa, sebagai suami yang baik (ehem!), saya antar istri terlebih dahulu, baru ngurusin urusan saya.

Beberapa jam kemudian. Biasanya di film kalo mempercepat durasi pakai kalimat seperti itu kan? Misalnya NEXT 2 YEAR atau AFTER 3 YEARS LATER. Nah, khusus kisah donat ini, saya pakai kalimat: BEBERAPA JAM KEMUDIAN.

Sore hari sepulang kerja, saya bejumpa lagi dengan Khaira. Eh, kok pakai kata-kata 'lagi' ya? Harusnya kan nggak usah? Wong pasti ketemu tiapa hari. Maksudnya pulang kerja orang pertama ketemu adalah putri saya ini yang bernama Khaira. Belum juga bernafas dengan teratur, Khaira langsung menodong saya.

"Pap, besok bantu Mama bikin donat ya?" ajak Khaira. "Soalnya teman-teman adik banyak yang pesan, nih."

Duh, maksa banget sih nih Khaira. Nggak lihat Papa-nya masih ngos-ngosan pulang kerja kali ya? MAsih persoalan donat pula! Nggak istri saya, saya pun jadi dipaksa buat bantu bikin donat. Padahal saya tahu, bikin donatnya bukan hari Sabtu besok, tetapi masih lusa.

Untunglah kami punya jatah kesabaran lebih dari 1 juta. Tiap dipaksa oleh anak-anak kami, nggak pernah marah-marah atau protes. Desakan atau paksaan dari anak kami, kami tanggapi dengan senyum. Namanya juga anak-anak. Kadang mereka belum ngerti kalo sesuatu hal itu nggak bisa diburu-buru. Kudu direncanakan dengan matang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar