Jumat, 29 Januari 2010

MENJADI JURU KAMERA CILIK DI ACARA "WAHANA KEBAIKAN ALAM"

Begitulah nama acara yang diselenggarakan perusahaan Danone Aqua pada Sabtu dan Minggu, 30-31 Januari 2010 ini di Plaza Utara, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Di acara kampanye masif jangka panjang ”Aqua untuk Keluarga Indonesia” (AKSI) yang berjudul Wahana Kebaikan Alam ini, ada salah satu lomba, yakni lomba menjadi reporter dan juru kamera cilik yang ada di wahana Sahabat Alam.

Di wahana Sahabat Alam ini, anak-anak yang tertarik menjadi reporter dan juru kamera bisa ikut. Sebelum diterjunkan atau praktek lapangan, mereka diajarkan teknik-teknik sederhana bagaimana menjadi reporter maupun juru kamera. Ketika ditawari pertama oleh panitia, anak kami pertama Anjani ditawari menjadi reporter. Tetapi ia ternyata tertarik menjadi juru kamera.


Nggak mau jadi reporter, pengennya jadi juru kamera.

"Adik mau kayak kakak dong, Pap," pinta Khaira.

"Memangnya adik mau jadi kameraman?" tanya saya.

Khaira menggeleng.

"Lho mau jadi apa? Mau jadi reporter?"

Khaira mengangguk.

Wahana Kebaikan Alam merupakan satu bagian dari proyek marketing public relations yang lazim disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Aqua sebagai leading company buat perusahaan air minum mineral ingin menguatkan lagi brand awareness-nya, bahwa minuman Aqua benar-benar dihasilkan dari air penggungan. Melalui acara ini, perusahaan ini juga ingin mengatakan teknologi dalam mensterilisasi air mineral dan botol nggak perlu diragukan. Setidaknya info-info tersebut diubar di area seleksi.












Niat datang pagi supaya nggak bertemu dengan banyak penggunjung, eh malah ketemu rombongan anak-anak sekolah. Halah!


Yang paling diincar mayoritas pengunjung di event Wahana Kebaikan Alam, terutama anak-anak, adalah area terjaga seutuhnya dan area preservasi. Di area terjaga seutuhnya terdapat beberapa permainan, yakni permainan alirkan air, permainan giant puzzle, permainan buta-bisu-normal, bouncy castle, permainan blind soccer, dan beberapa permainan lain. Kami nggak sempat main di semua wahana, meski panitia memberi tiket permainan tanpa dipungut biaya sedikit pun. Maklumlah, semua permainan dikuasai oleh segerombolan anak-anak sekolah.

"Nanti kita pergi ke OutboundHolic lagi aja ya, Dik," rayu saya pada Khaira.

Anak kami yang kedua ini memang ngebet banget main flying fox. Kalo baca di kisah sebelumnya, Anda pasti tahu kalo kedua anak kami memang hobi banget main flying fox. Meski jenis kelaminnya wanita, mereka berani banget melakukan permainan yang cukup menantang dan lazim dilakukan oleh anak laki-laki. Namun sayang, keinginannya buat main flying fox kandas. Antreannya gokil-gokilan. Jumlah helm dan tenaga pengawas nggak seimbang dengan jumlah anteran. Kalo kami berada di belakang rombongan dua sekolah, sementara helm yang tersedia cuma 15-20 buah, kira-kira baru bisa main flying fox ba'da sholat azhar. Padahal kedua anak kami niat datang ke acara Wahana Kebaikan Alam ini cuma mau main flying fox. Namanya juga gretong alias gratis!

"Nanti kita ke OutbondHolic aja ya, Dik," ujar saya menegaskan kembali janji mengajak anak kami main flying fox sebagai pengganti nggak bisa main di acara Wahana Kebaikan Alam ini.


Panggung utama. Keren, kayak kita sedang menyaksikan panggung di kampung-kampung yang masih banyak pohonnya.

Di area preservasi, terdapat tempat yang cukup menarik, yakni melukis dengan bahan alam. Kalo anak-anak kita biasa menggunakan cat air yang merupakan percampuran produk kimia, maka di tempat ini warna-warna yang dibuat berasal dari bahan alami, yakni dari pencampuran daun-daun.

Selain melukis dari bahan alami, ada pula tempat yang mengajarkan anak-anak melakukan kreativitas dengan menggunakan bahan-bahan alami. Misalnya membuat kerajinan tangan dengan bambu. Meski nggak sebanyak penggunjung di wahana permaian, lokasi kreativitas dari alam ini menurut saya cukup menarik dan menjadi nilai plus acara ini.

Nilai plus lain, ada lokasi yang diberi judul terima kasih alam. Di sini para penggunjung, terutama anak-anak, diajak buat menanam tanaman. Meski tempat menanamnya terbatas, namun mereka diajak buat peduli dan mengerti bahwa dengan menjaga kelestarian alam, maka akan mengurangi polusi. Larangan merokok di seluruh area selama event berlangsung juga luar biasa, meski saya masih melihat satu-dua pengunjung nekad merokok, bahkan di pinggir wahana ada panitia juga tetap menghembuskan asap rokok.


Semua serba plastik. Berapa banyak plastik yang dihasilkan dalam dua hari event? Moga-moga tahun depan bisa mendapat solusi jitu agar meminimalisir penggunaan plastik agar benar-benar bersahabat dengan alam.



all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar