Jumat, 01 Januari 2010

GIMANA SIRKUSNYA, DIK?: TAKUT SAMA BADUT...

Begitulah ucapan Khaira begitu kami minta komentarnya tentang pertunjukan sirkus yang baru saja kami tonton. Entah kenapa anak kami yang kedua ini begitu takut dengan yang namanya badut. Beda banget dengan anak-anak seusianya yang mengagumi badut.

"Badut itu kan lucu, Dik?" tanya kakaknya, Anjani.

"Tapi takut..."

"Nggak apa kok nggak gigit," bujuk Anjani lagi.

"Iya, tapi takut..."



Saat ini Oriental Circus Indonesia cuma satu-satunya sirkus yang ada di Indonesia. Umurnya sudah lebih dari 41 tahun. Limapuluh persen dari pemain sirkus beretnis Tionghoa. Setiap kali berkunjung ke Jakarta, OCI selalu main di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sekali takut, tetap saja takut. Ya, begitulah Khaira. Saya dan istri saya memang belum mengetahui secara jelas apa yang menyebabkan anak kami ini nggak melihat sedikit pun kelucuan dari sosok badut. Biar saya bilang hidung badut lucu: merah kayak buah tomat, jawabannya pasti...

"Takut..."

Biar kami bilang sepatunya besar banget, lebih besar dari sepatu manusia biasa, jawabannya pasti...

"Takut..."

Meski Khaira takut dengan badut, hari ini bertepatan dengan hari pertama di tahun baru 2010, kami mengajak anak-anak dan dua asisten di rumah buat menyaksikan pertunjukan sirkus. Kami sudah yakin, mengajak Khaira buat nonton sirkus pasti nggak se-exiting mengajak dia pergi ke mal atau ke Amazon, Timezone, atau MOIland. Sebab, di sirkus pasti ada badut. Dan badut tetap menjadi musuh utamanya.

Terakhir kali, kami menonton sirkus beberapa tahun lalu. Saat itu, Anjani masih kecil dan anak kami kedua, Khaira, belum lahir ke dunia ini. Kini, Khaira sudah lima tahun. Artinya, sirkus yang kami tonton terakhir terjadi di tahun 2005. Lima tahun lalu, bo! Selama lima tahun, saya belum pernah melihat ada pertunjukan sirkus di Jakarta ini.



Menunggu atrean. Meski pertunjukan masih 4 jam, calon penonton rela antre menunggu tiket. Maklum, tiket pertunjukan selanjutnya sudah dijual 4 jam sebelum pertunjukan dan kalo baru datang pada jam petunjukan, biasanya nggak akan bisa dapat. Sambil mengisi waktu, ada yang menonton gajah.

Di sebuah lapangan luas di ujung Kelapa Gading, tepatnya di Lapangan Gading Mas, jalan Boelevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, sebuah tenda raksasa berwarna-warni didirikan. Di situlah pertunjukan sirkus digelar oleh kelompok Oriental Circus Indonesia (OCI) dari tanggal 28 Desember 2009 sampai dengan 18 Januari 2010.

Sebelum membuat pertunjukan di Kelapa Gading, Jakarta Utara, OCI hadir di kota Depok, tepatnya di Jalan Margonda Raya. Pondokcina, sekitar 400 meter dari gapura Selamat Datang di Kota Depok 1. Di Depok, OSI menggelar pertunjukan dari tanggal 07-18 Desember 2009.


Inilah salah satu atraksi dari pemain akrobat asal Tashkent, Rusia.

Seperti juga di Depok, pertunjukan OCI di Kelapa Gading menampilkan atraksi manusia dan satwa. Kalo atraksi manusia menampilkan atraksi balet dengan memegang lilin sebanyak-banyaknya (di kaki dan di tangan), ada pula ketangkasan ber-salto di udara. Sementara atraksi satwa menampilkan kemahiran gajah, harimau, anjing pudel, dan simpanse.

Dalam sekali pertunjukan, baik manusia atau hewan, terdapat sedikitnya tiga kali atraksi. Misalnya gajah, atraksinya terdiri dari atraksi gajah tidur, gajah melewati orang, maupun gajah menganggat orang dengan belalai. Kalo saya perhatikan, banyak atraksi gajah yang "hilang". Saya masih ingat, ada atraksi gajah yang bertumpuk-tumpuk (gajah satu menumpuk badan gajah di depannya). Lalu atraksi penari yang melakukan kemahiran di punggung gajah.



Salah satu atraksi manusia dan hewan. Menurut saya, atraksi gajahnya jauh berkurang dibanding lima tahun lalu. Entah gajah yang sebelumnya sudah mati atau panitia sengaja nggak mengeluarkan atraksi lain, karena keterbatasan waktu.

Atraksi lain yang juga nyaris sedikit adalah pertunjukan badut. Lima tahun lalu, seingat saya, badut cukup berperan dalam menghibur di setiap jeda pegantian dari satu atraksi ke atraksi lain. Namun kali ini yang saya tonton, badut fungsinya cuma sekadar menari-nari sesuai irama yang disuarakan via speaker pada saat tim kerja sirkus sedang mempersiapkan peralatan buat penampil berikutnya.

Pertunjukan yang paling memukau memang dua penari balet dari Tashkent, Rusia. Dengan dua utas tali, mereka bisa mempertunjukan seni balet yang luar biasa. Nggak heran kalo brosur di OCI yang ditonjolkan justru dua penari balet asal Tashkent, Rusia itu. Lima tahun sebelumnya, saat saya terakhir menyaksikan OCI, yang menjadi tamu adalah pamain sirkus dari China.

Saat ini OCI merupakan satu-satunya sirkus keliling yang ada di Indonesia. Selain buat menghibur masyarakat, tujuan utama OCI adalah melestarikan satwa, serta memberikan pengetahuan kepada para pelajar di Indonesia.



Tempat WC-nya dan kedai penjual pop corn. Sekadar info, kalo Anda ke lokasi sirkus di Kelapa Gading, Anda terpaksa nggak bisa sholat. Kenapa? Panitia nggak menyediakan tempat sholat. Saya yakin beberapa pegawai dan pemain akrobat sirkus itu beragama Islam. Dengan nggak ada musholla "dadakan", saya yakin hampir semua pegawai sirkus ini nggak pernah sholat. Gara-gara nggak pernah sholat, maka para penonton yang nonton, jadi ikut-ikutan nggak sholat. Padahal kalo pertunjukannya pukul 18:30, ada waktu buat penonton yang mau sholat. Alhamdulillah saya menemukan tempat sholat "dadakan" di dalam kedai penjual pop corn ini.

OCI didirikan tahun 1967. Pendirian kelompok sirkus ini bertepatan setelah peristiwa Gerakan 30 September/ PKI. Oleh karena sejarahnya bertepatan situasi genting yang terjadi di tanah air, maka tujuan dari kelompok akrobatik ini adalah menghibur anggota Angkatan Bersenjata yang menumpas G30-S PKI serta masyarakat luas dalam rangka memulihkan situasi keamanan saat itu.

Pada saat itu OCI masih bernama Oriental Show berada dibawah naungan Pusat Pemberitaan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pimpinan Brigjen Sugandi, dimana Kol. Komar sebagai Kepala Pengurus Oriental Show. Dalam perkembangan selanjutnya Oriental Show sering diundang oleh TNI Angkatan Udara Republik Indonesia untuk membawa misi hiburan dengan berkeliling mengadakan pertunjukan ke daerah-daerah guna memberikan hiburan yang sehat kepada warga TNI AU di daerah dengan menggunakan pesawat AURI, dimana pada saat itu Komodor Rusman sebagai Komandan Pangkalan yang memimpin langsung. Maka sejak saat itulah Oriental Show bergabung dengan Koperasi Angkatan Udara (Puskopau) di Lanud Halim Perdana Kusuma sampai saat ini. Sementara manajemennya di bawah kendali manajemen Taman Safari Indonesia.

Kalo dihitung-hitung, usia kelompok sirkus ini sudah 42 tahun. Wow?! Terus terang saya baru tahu kalo umur sirkus ini lebih tua dari umur saya. Anehnya, kenapa pada saat saya masih kecil dan sampai kuliah, nggak pernah mendengar atau diajak nonton sirkus ini ya? Entahlah!

Adalah keluarga Toni Sumampau, Jansen Manansang, dan Frans Manansang ini yang telah berjasa melahirkan OCI sejak tahun 1967. Mereka dengan konsisten mempertahankan eksistensi kelompok sirkus ini. Bahkan di awal berdirinya, OSI sempat tampil di sekolah-sekolah, kampung, dan tempat apa saja agar mereka bisa tampil.

Sebagai kelompok sirkus satu-satunya, OCI sudah berkeliling dari kota ke kota besar di hampir seluruh Indonesia, termasuk ke Dili saat masih masuk dalam NKRI. Namun, sampai kini entah kenapa OCI belum pernah beraksi di Irian Jaya.

Seperti juga kelompok-kelompok sirkus di luar negeri, para pemain OCI tinggal di karavan-karavan yang ada di sekitar lokasi pertunjukan. Saat ini, total anggota OSI kurang lebih mencapai 100 orang. Angka ini terdiri atas pemain, manajemen, hingga petugas keamanan. Dari 100 orang, ada 15 orang yang masih berstatus pelajar. Salah satunya Deborah (19).

Deborah sudah bergabung dengan OCI selama lima tahun. Selama itu dia sudah tampil di Sumatera, Jawa, dan Bali. Di Sumatera tampil selama dua setengah tahun, di Bali satu tahun, dan di Jawa satu setengah tahun.

"Saya belajar sirkus sejak usia lima tahun," kata Deborah. "Saya senang bekerja di sirkus. Sebab saya bisa menghibur masyarakat dengan keahlian saya." ujar pelajar SMA di Bogor dengan metode home schooling ini.

"Hebat ya, Dik, Om dan Tante-nya bisa melayang-layang di udara...," ucap saya seolah mengajak Khaira turut mengagumi para pemain akrobat udara yang berhasil menghibur para penonton dengan atraksi mereka.

"Tapi takut..."

"Apanya yang takut, Dik?"

"Badut..."

"Lho, tapi mereka kan bukan badut?" tanya saya penasaran.

"Iya, tapi mukanya kayak badut..."

Ah, cuma gara-gara wajah para pemain akrobat di udara yang dicorat-coret ala badut, Khaira tetap saja takut. Atraksi-atraksi yang dilakukan oleh mereka yang luar biasa itu seolah nggak menghibur dirinya. Ya, begitulah kalo Khaira fokus pada ketakutan daripada hal lain. Apa yang dirasakan Khaira, sebetulnya sadar nggak sadar seringkali terjadi pada diri kita. Kita selalu fokus pada hal yang buruk, padahal ada hal kecil yang jauh lebih luar biasa.


JADWAL SHOW "OCI"

Senin-Jum'at (3 kali show)
Pukul 14:00; 18:30; dan 20:15
Hari Minggu/ Besar (4 kali show)
Pukul 10:30; 14:00; 18:30; 20:15


HARGA TIKET (*)

VVIP Rp 200.000,-
VIP Rp 150.000,-
UTAMA Rp 100.000,-
Kelas 1 Rp 75.000,-
Kelas 2 Rp 50.000,-
Kelas 3 Rp 35.000,-

(*)Harga tiket wilayah Jakarta. Di Medan, harga tiketnya Rp 20.000 (kelas 3), Rp 30.000 (kelas 2), Rp 40.000 (kelas 1) dan Rp 60.000 (kelas utama) sampai Rp 75.000 (VIP) dan Rp 100.000 (VVIP). Harga tiket Medan ini, sama dengan harga tiket di Depok, Jawa Barat. Barangkali gara-gara ada pemain sirkus asal Tashkent, Rusia, harga tiket pertunjukan di Kelapa Gading jadi relatif lebih tinggi.


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

1 komentar:

  1. Hai Gan... Artikel Yang Sangat Bagus dan Memberikan

    Informasi Yang Bermanfaat..^^
    Terima Kasih^^
    Dan Mohon Untuk Izin Comment yah Gan^^

    MickeyMouse
    Bandar Togel
    TOBA4D
    SLOT GAMES
    SGP TOGEL
    Bandar Togel
    Hongkong Pools
    Casino Online

    BalasHapus