Minggu, 11 Juli 2010

NGGAK SUKA PERTAMINA

Pada saat film Toy Story 3 diputar di bioskop, Shell berhasil menjadi salah satu produk yang "mendompleng" film animasi produksi Disney-Pixar itu. Sebenarnya dalam film, nggak ada scene atau cerita yang memperlihatkan logo Shell atau "kehebatan" pompa bensin ini. Namun, Shell tetap memanfaatkan momentum.

Momentum tersebut ternyata cukup mujarah. Anak-anak banyak yang meminta orangtua mereka mengisi bensin di Shell. Salah satu anak yang kena "sihir" ajaib Shell adalah putri kedua saya, Khaira.

"Pap, kalo ngisi bensin ke Shell ya?" kata Khaira mencoba mengingatkan saya.

"Lho, memangnya kenapa?" tanya saya sok heran, meski sebenarnya saya juga penggemar Shell.

"Soalnya Adik nggak suka Pertamina, sukanya Shell."

"Kenapa nggak suka Pertamina?" tanya saya memancing.

"Soalnya di Pertamina nggak ada boneka Toy Story-nya. Kalo di Shell kan ada..."

Selama ini Pertamina memang nggak pernah mengambil momentum-momentum yang sebenarnya baik buat merekrut pelanggan. Pertamina terlalu sibuk dengan "diri sendiri". Sibuk menaikkan harga, sibuk menambah jumlah pompa bensin, dan sibuk-sibuk lainnya. Padahal memanfaatkan momentum juga dibutuhkan.

Meski Toy Story 3 nggak ada hubungannya dengan Shell atau masalah bahan bakar, tetapi Shell cukup jeli. Shell melihat anak-anak termasuk pangsa pasar bensin. Kalo anak-anak suka, pasti orangtuanya terpaksa akan membelikan. Belum tentu setelah Toy Story 3 habis diputar di bioskop, orangtua yang sebelumnya mengisi bensin ke Shell akan menjadi pelanggan tetap. Tapi saya yakin, dengan 100 orang pelanggan dadakan gara-gara Toy Story 3, masa sih nggak ada 10-20 pelanggan baru Shell?

Pengalaman saya dengan anak saya agaknya menjadi sebuah pelajaran dari Pertamina agar orang-orangnya lebih kreatif lagi dalam mencermati pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar