Senin, 21 September 2015

SURAT DARI KOMITE SEKOLAH

Sekolah Anjani selalu saja ribut. Gara-gara ribut, Kepala Sekolah menjadi tumbal. Didemo dan ujung-ujungnya dicopot dari jabatannya. Dalam lima tahun bersekolah di SD Negeri Labs School saja, sudah tiga kali pergantian Kepala Sekolah.

Saat pertama kali masuk ke SD Labs School, Kepala Sekolah Ibu Hj. Tien Yuniati S.Pd dengan NIP: 130 416 106. Nama ini masih muncul per tanggal 19 Desember 2007, dimana foto-fotonya masih terpampang di kalender tahun 2008 atau Semester II tahun ajaran 2007/ 2008. Di kalender itu, ada foto Ibu Hj. Tien bersama Gubernur Sutiyoso yang pernah berkunjung ke sekolah ini. Tetapi pada kalender akademik tahun 2009-2010 yang ditandatangani per tanggal 13 Juli 2009, nama Kepala Sekolahnya sudah bukan Ibu Hj. Tien, tapi Drs. Sugeng Sulistya, MM.Pd (NIP: 131 465727). Saat tulisan ini diturunkan, Kepala Sekolah anak kami sudah berganti lagi, menjadi Drs. H. Yitno Suyoko, MM (NIP 131 360 587). Setahu saya, ada satu Kepala Sekolah lagi sebelum Ibu Hj. Tien, tetapi nama Kepala Sekolah-nya masih saya selidiki.

Asal muasalnya pergantian Kepala Sekolah apa lagi kalo bukan masalah uang. Gara-garanya, Komite Sekolah nggak pernah melaporkan secara detail sumbangan yang diberikan para orangtua murid. Maklum, sejak SD Labs School mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), orangtua diminta kesadarannya buat menyumbang sekadarnya buat operasional sekolah. Soalnya, dana BOS dianggap belum mencukupi. Belum bisa mengganti AC-AC di kelas yang seringkali ngadat, sampai nggak bisa membayar honor guru honorer.







Protes pun bergulir. Buat orangtua yang merasa kalo sudah ada dana BOS, ya sekolah nggak perlu minta ini-itu lagi alias gratis. Sekolah dengan dana apa adanya. Sementara buat orangtua-orangtua kaya, mereka tetap ingin anak-anak mereka nyaman. Nyaman dalam konteks ini bukan soal ajar-mengajar, lho, tetapi lebih kepada hal yang sebenarnya nggak penting juga, yakni memperbaiki AC yang rusak atau membayar guru honorer itu tadi.

Terus terang rada aneh, sekolah SD Negeri masa fasilitasnya ingin disamakan kayak sekolah swasta. SD tempat putri kami pertama ini bukan sekolah swasta. Kebetulan aja dikenal sebagai SD Lab School, padahal title sekolahnya SD Negeri. Yang bikin kacau memang para orangtua yang kelebihan uang, dimana mereka nggak ingin dana BOS diambil agar SD Labs School ini bisa disubsidi oleh para orangtua. Maksudnya, murid-murid yang belajar di sekolah ini kudu bayar uang pangkal maupun bulanan sebagaimana SD swasta lain.

Para orangtua kaya selalu mencibir pada orangtua-orangtua yang nggak mau bayar uang sumbangan sekolah atau bulanan. Mereka yang mencibir itu biasanya mengatakan: "Kalo mau gratis jangan sekolah di sekolah ini (SD Labs School-pen)."





Menurut saya pernyataan orangtua-orangtua kayak begitu aneh. Harusnya mereka berpikir terbalik, kalo mau sekolah yang nyaman pake AC yang superdingin, fasilitas kelas wahid, dll, ya jangan pilih sekolah di sekolah SD Negeri macam Labs School ini, dong! Pemerintah sudah menetapkan, yang namanya sekolah negeri, ya menerima dana BOS dan nggak boleh memunggut dana lagi dari para orangtua.

Lebih dari itu, SD ini dan barangkali SD-SD lain cukup aneh. Masa sudah ada guru tetap masih ada guru tidak tetap? Kehadiran guru tidak tetap ini pun dibebankan honornya pada orangtua murid, ya dari sumbangan itu. Ironisnya, (ini kata teman istri saya) kadang-kadang, guru tidak tetap yang biasa disebut guru honorer, guru pendamping, atau guru-guruan ini lebih rajin mengajarnya, sementara guru tetap asyik ngerumpi di ruang guru.

Tarik menarik pun terjadi. Sebagai perwakilan orangtua murid, Komite Sekolah pun nggak menjadi wakil orangtua-orangtua yang lebih memilih menggunakan dana BOS dan menjalankan operasional sekolah dengan dana apa adanya. Komite Sekolah lebih senang mengambil dana BOS, tetapi meminta kerelaan hati para orangtua murid untuk menyumbang. Soal ini, Kepala Sekolah seringkali tutup mata. Nah, inilah yang menyebabkan banyak orang menduga-duga, bahwa dana yang dikelola sekolah itu nggak transparan. Masa sudah dapat dana BOS, masih minta sumbangan? Makin gokil ketika sumbangan-sumbangan yang diminta pada para orangtua tidak dilaporkan bulanannya.

Penggunaan nama Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di sekolah Anjani, menurut saya adalah salah satu siasat agar SD Negeri Labs School  ini dianggap sebagai sekolah semi swasta. Jadi bisa dapat BOS, juga menarik sumbangan dari orangtua. Padahal sekolah anak saya ini belum mencerminkan sekolah RSBI, masih terlihat sebagai sekolah yang zaman saya dulu sebagai sekolah inpres. Kebetulan aja yang sekolah di sini banyak dari anak-anak orang kaya yang bermobil.

Protes memang selalu menghiasi sekolah putri pertama kami ini. Daripada terus diprotes oleh sebagian orangtua murid, pihak Komite Sekolah yang juga mengetahui Kepala Sekolah, belakangan ini menunjukan laporan penggunaan dana operasional. Meski begitu, ada sebagian orangtua murid masih menganggap laporan keuangan ini belum sepenuhnya mencerminkan ketransparanan sekolah yang penuh gejolak ini.


SDN Percontohan/ RSBI, Jl. Pemuda Kompleks UNJ, Jakarta Timur. Kode Pos 13220. Tlp/ Fax: 4701443. E-mail: sdnp_ikip_jakarta@yahoo.com


2 komentar:

  1. salam kenal ya pak ..

    nama kepsek sesudah bu Tien dan sebelum pak Yitno adalah pak Sugeng Sulistya.

    pak Sugeng hanya menjabat 8 bulan saja sbg kepsek. dan dimutasi krn mendukung ketua komite elva waniza yang memungjut uang pangkal kls 1 (2009-10) sebesar Rp.6,2jt sebelum waktu yg ditentukan oleh Dikdas dan tanpa mendapat persetujuan dari pengurus komite lain.

    pengambilan uang pangkal kpd kls 1 ini dengan menggunakan surat ancaman.yang apabila ortu tidak membayar dalam waktu tertentu, maka anak dianggap mengundurkan diri..padahal ini SD negeri !..padahal anak lulus tes !

    parahnya lagi, uang pangkal total sekitar Rp.600juta itu (Rp.6,2jta x 112 orang) tidak ketahuan rimbanya krn tidak pernah masuk kas komite dan kabarnya uang itu sekarang sudah habis trpakai !..entah untuk apa..

    BalasHapus
  2. Thz atas infonya Ibu. Salam kenal juga. Moga2 info ini bisa membuka mata orangtua yg ingin menyekolahkan anak2 mrk di SDN IKIP ya...

    maaf ya pak Kepsek...saran saya mending sekolahkan anak Anda ke SD At-Taqwa aja deh. Itu jelas2 SD swasta, nggak "abu-abu"...

    BalasHapus