Minggu, 27 Maret 2016

Pesan pada Anakku Selepas Sholat Magrib

Setiap wiken, saya selalu sholat di rumah bersama istri dan anak-anak. Bukan. Saya bukan tidak suka ke masjid. Malah saya sakau kalo tidak ke masjid. Jauh sebelum menjadi imam di rumah, di wiken saya juga sholat di masjid. Padahal setiap hari saya sudah sholat di masjid kantor, atau memaksakan diri sholat di masjid di luar kantor kalo kebetulan ada dinas luar.

Namun, istri saya bilang, ada baiknya bersyiar juga di rumah. Syiar dalam hal ini adalah menjadi imam sholat di rumah. Jangan sekadar ngasih sedikit ilmu agama atau ngajar ngaji, tetapi jadi imam sholat. Saya pikir, apa yang dikatakan istri benar juga, makanya setiap wiken, saya coba untuk menjadi imam di rumah.

Ada banyak yang bisa dilakukan saat menjadi imam di rumah. Selain memperlihatkan, bahwa saya sebagai Kepala Keluarga adalah juga seorang imam, juga tertantang untuk terus memperbaiki bacaan al-Qur'an dan menambah hafalan. Sungguh malu pada anak-anak kalo kita cuma bisa membaca surat Al-Ikhlas lagi Al-Ikhlas lagi. Atau surat pendek macam Al Kautsar. Sementara anak-anak kami sudah mampu menghapal hampir seluruh juz 30.

Selain melatih hafalan saat menjadi imam, sholat di rumah juga bisa dimanfaatkan untuk meminta anak-anak setor hafalan. Memang, saat ini anak-anak kami belum seperti keluarga hafidz yang anak-anak mereka sudah hafal 30 juz atau minimal 10 juz. Namun, kami lakukan apa yang bisa kami lakukan agar anak-anak hafal ayat-ayat al-Qur'an. Nah, biasanya setoran hafalan saya lakukan ba'da magrib.

Ada lagi yang saya biasa lakukan saat sholat di rumah, yakni memberi ilmu yang kami dapatkan dari sejumlah kajian dan memberikan pesan singkat tentang kewajiban kita sebagai umat muslim. Macam-macam pesan yang sudah saya berikan pada anak-anak, yang juga dibantu oleh istri. Salah satu yang belum lama ini saya pesankan adalah tentang memilih pemimpin dalam Islam.

Begitu selesai berdoa ba'da magrib, saya meminta anak saya membaca satu ayat di surat Al Maidah ayat 51. Setelah membaca bahasa al-Qur'an sambil membetulkan tajwid, saya meminta anak saya membacakan artinya. Kurang lebih artinya seperti ini:

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” 

"Kamu mengerti artinya, Nak?" tanya saya.

Anak saya mengangguk.

Alhamdulillah, ia mengerti. Saya tersenyum. Lalu, saya sedikit men-taddabur-i ayat tersebut, agar anak saya makin kuat keimanannya. Bahwa, kewajiban seorang muslim adalah percaya pada al-Qur'an. Sebab, al-Qur'an adalah petunjuk dari Allah, dimana berisi kewajiban serta larangan sebagai muslim.

"Kalo kita sudah tidak percaya al-Qur'an, itu sama saja melanggar larangan Allah. Sama Sang Pencipta sudah melanggar, sama saja tidak percaya pada Allah," terang saya.

Dalam surat Al Maidah 51 sangat jelas, bahwa sebagai muslim kita dilarang mengambil pemimpin dari orang Yahudi dan Nasrani. Kalimat itu sangat jelas, yakni kalimat perintah dari Allah. Ternyata perintah untuk tidak mengambil orang Yahudi dan Nasrani bukan cuma di satu surat itu aja, tetapi aja di beberapa surat, yakni Al Mumtahanah: 1; Ali Imron: 28; Ali Imron: 104; Al Anfal: 73, dan beberapa ayat lain. Nah, sudah ada begitu banyak larangan, masa kita sebagai muslim masih juga tidak percaya al-Qur'an? Aneh, kan?

Anak saya mengangguk. Alhamdulillah. Semoga, sebagai pemilih pemula, anak saya tidak galau seperti anak-anak muslim muda lain. Anak saya harus menjadi muslim yang "bulat" alias 1000%, tidak setengah-setengah. Kami tidak ingin anak saya sekadar menjadi "Islam KTP" atau Islam Liberal yang menjadi orang Islam sesuka hati mereka. Kalo perintah dari Allah "enak", "menyenangkan hati", dan "sesuai selera", ya dilaksanakan. Kalo "nggak enak", ditinggalkan.

Saya berdoa, semoga anak-anak muda yang belum mengerti mengenai memilih pemimpin dalam Islam itu akan segera diberikan hidayah dari Allah. Dan mereka menjadi muslim yang total. Aamiiin!