Selasa, 25 Mei 2010

MASUK SD NEGERI AJA SUDAH 3.6 JUTA PERAK, GIMANA NANTI KULIAH YA?

Memang sekarang ini sekolah bukan buat anak orang miskin. Mohon maaf ya para orangtua yang nggak punya duit buat menyekolahkan anak-anak Anda. Saya bukanlah pengambil kebijakan. Tugas saya dan teman-teman yang masih cukup beruntung cuma menyumbangkan kelebihan uang ke lembaga penyalur anak-anak miskin. Jelas hal itu tidaklah cukup membantu anak-anak miskin yang pengen banget sekolah.

Sedih? Tergantung!

Buat pemerintah atau mereka yang nggak merasakan kepedihan itu barangkali nggak akan sedih. Apakah mereka yang pro dengan pembangunan gedung DPR yang miring sebesar Rp 1.8 triliun itu akan sedih kalo tahu ada banyak anak Indonesia nggak sekolah? Hmmm....saya nggak bisa jawab. Anda bisa menebak sendiri, kira-kira dengan dana Rp 1.8 triliun tanpa dipotong korupsi, berapa anak miskin yang bisa sekolah?


Sepasang suami istri sedang melihat spanduk pengumuman pendaftaran dari sebuah SD di Rawamangun.

Pagi ini saya masih sempat melihat ibu-ibu dan bapak-bapak berbondong-bondong mendaftarkan anak-anak mereka masuk SD. Anda tahu saat ini berapa dana yang dibutuhkan buat masuk SD? Rp 3.6 juta! Mahalkah? Ya, tergantung! Buat orang kaya mah uang segitu nggak ada artinya, bo! Kita bicara SD Negeri, lho! Bukan SD Al Azhar atau SD Global atau SD Highscope. Kalo SD swasta itu mah persetan lah, karena memang sudah kelihatan pasti butuh dana berjuta-juta. We're talking about SD Negeri.


Ruangan dimana calon pendaftar masuk membawa berkas-berkas pendaftaran dan kemudian mendapatkan nomor tes.

Memang sih SD Negeri ada kategorinya. Ada SD Negeri yang biasa-biasa aja alias kelasnya kumuh, tanpa AC, dan kalo hujan banjir dan becek. Ada pula SD Negeri yang berstandar nasional maupun embel-embel Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Entah siapa yang ngasih embel-embel kayak begitu. Apakah sebuah SD Negeri dengan fasilitas AC sudah disebut RSBI? Padahal prestasinya belum tentu keren dibanding SD Negeri yang kalo hujan becek seisi kelasnya.

Menyedihkan memang. Tapi itulah kenyataannya. Anak-anak miskin bisa selamanya akan terus miskin. Maksudnya sulit sekali buat meningkatkan taraf hidup kalo "sekolah gratis" itu cuma dinikmati 50% anak-anak dari keluarga nggak mampu aja. Kini baru membicarakan dana anak masuk SD sebesar Rp 3.5 juta, lho. Belum masuk SMP, SMA, dan kuliah. Anda tahu berapa dana masuk SMP dan SMA Negeri? Kalo SMP RSBI dana yang kudu dibayar orangtua Rp 3.6 juta dan SMA Rp 4.5 juta. Bahkan ada SMP yang sudah memunggut dana sampai Rp 10 juta. Mantabs nggak tuh?


Ibu-ibu dan bapak-bapak yang sibuk mengisi daftar isian buat anak mereka sekolah di SD incaran mereka.

Lihatlah kemarin anak yang lulusan terbaik di Ujian Nasional. Mereka rata-rata berasal dari keluarga miskin. Saya menghayal, kalo saja "sekolah gratis" benar-benar dinikmati semua anak, yakin SDM-SDM yang sebenarnya berotak luar biasa namun dari kalangan miskin akan mengalahkan orang-orang kaya yang saat ini lebih memilih memberikan anak-anak mereka Blackberry.